Kamis, 25 September 2014

Hidup adalah Oplosan

Mencari Ilmu dan mengejar impian menjadi seorang sarjana di kota adalah mimpi seorang pemuda Desa. Hidup didalam ramainya kota, gemerlapnya lampu-lampu kota di jalanan, dan gemuruh bising bunyi kendaraan belum lagi dinginnya Cuaca di kota itu, ya kota Malang, membuat pemuda ini semakin penasaran, Aku lah pemuda itu.

Bertahun-tahun belajar di sebuah Kampus ternama, tiap bulan meminta kiriman dana buat makan, minum dan rokok, dan jika ada waktu lebih orang tua mengirim sebotol oplosan dari Desa, sembari bertanya “Gimana Rasanya? Ayah campur dengan Ragi nomer Satu dan di Fregmentasikan lebih  dari 1 Bulan, ini Harganya Ayah patok 75ribu/liter” Menjelaskan Ayah padaku.

Yah, sehari-hari Ayah dan ibu bahu-membahu membangun sebuah pabrik sederhana untuk membuat minuman Tradisional, walau daerahku tidak dikenal sebagai Daerah penghasil Miras seperti Bali atau Tuban, namun di sini Cukup Ramai peminatnya. Tak peduli dengan Resikonya, tak peduli dengan Effect sampingnya. Karena kami makan dan sekolah dari jualan Minuman Tradisional ini, ya kiriman bulananku, dan uang Semester yang aku bayarkan, semuanya hasil dari oplosan ini. Namun semenjak aku punya kerja dan lepas dari Orang tua, aku mulai membangun Usaha kecil-kecilan yang lepas dari minuman Oplosan. Aku membuka usaha Kuliner di daerah tempat aku kuliah,

Jumat, 28 Maret 2014

Prabowo dan Kampung Janda!!

Awalnya judul dan tulisan ini bersumber dari SatuTimor.com. namun redaksi satutimor.com mendapat kecaman dan ancaman, sehingga tulisan ini di hapus dan tidak dimuat di web satutimor.com lagi. Saya mencoba untuk memberanikan diri menulis tulisan ini, yang saya simpan di laptop saya.


Prabowo dan Kampung Janda!!!

Kraras, sebuah kampung di Timor leste di sebut sebagai kampung Janda. Satu saat di bulan September 1983 hampir semua laki-laki termasuk anak-anak laki di kampung itu di bunuh oleh tentara Indonesia. Beberapa orang melarikan diri ke hutan. Saat di tangkap atau menyerah mereka akan di paksa tinggal di tempat Krasas bernama Lalerek Mutin dimana banyak yang mati kelaparan. Lalu apa hubungannya dengan Prabowo Subianto??

Jumat, 21 Februari 2014

Jangan lupakan Pertanian!!


Pertanian merupakan salah satu sector pembangunan dalam roda perekonomian, dan mampu memberikan dampak yang signifikan terhadap ketahanan pangan. Namun sector ini tidak mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah dalam pembangunan bangsa. Tak bisa di pungkiri, bahwa lemahnya sector pertanian karna kurangnya peran pemerintahaan dalam membangun pertanian agar lebih maju.


Di era Globalisasi dan pasar Bebas abad-21 ini, Pertanian seolah-olah di anak tirikan. Terbukti hingga saat ini pertanian di Negara ini masih kurang memberikan kontribusi pada pembangunan Nasional, kesejahteraan kaum petani yang hingga kini masi menjadi polemic, Penggunaan teknologi yang masi tradisional, wilayah pangsa pasar yang masih local, ini adalah bukti pemerintah tidak sungguh-sungguh dalam mengembangkan pertaniaan di Indonesia. Belum lagi konflik petani penggarap dengan investor,  karna sawah garapannya di rampas oleh investor, namun petani selalu mengalami jalan buntu untuk mengatasi permasalahan dengan kaum pemodal. Harusnya pemerintah lebih pro kepada petani jika memang ada niatan dalam memajukan pertanian.

Kamis, 20 Februari 2014

Perbedaan Krisis Kelebihan Kapital dan Termin Konsumsi-Kurang (Underconsumption)

apa yang di maksud dengan Krisis Kelebihan Kapital? Apa Bedanya dengan Termin Konsumsi-Kurang (underconsumption) Marxis?? 

Materialisme historis didasarkan pada postulat bahwa produksi menentukan pranata-pranata ekonomi lainnya. Kalau betul Marx mengajarkan teori konsumsi-kurang, dia sudah awal-awal menampik postulat ilmu materialisme historis. Beberapa Marxis, seperti Karl Kautsky, Rosa Luxemburg, Lucien Laurat, Fritz Sternberg, Paul Sweezy, atau pun Natalia Moszkowska, dan beberapa ekonom non-Marxis seperti Laderer, Foster, atau pun Keynes, adalah contoh penganut teori konsumsi-kurang dalam menjelaskan krisis kapitalis. Menurut teori ini, krisis disebabkan oleh jatuhnya tingkat konsumsi rata-rata. Menurut versi kasarnya, turunnya konsumsi rata-rata karena uang yang dibawa pulang kelas pekerja menjadi lebih sedikit sehingga sedikit pula yang bisa dibelinya. Kalo demikian ceritanya, memasukkan Marx ke dalam barisan penganut teori ini saya pikir kurang betul.