Mencari Ilmu dan mengejar impian menjadi seorang sarjana di
kota adalah mimpi seorang pemuda Desa. Hidup didalam ramainya kota, gemerlapnya
lampu-lampu kota di jalanan, dan gemuruh bising bunyi kendaraan belum lagi
dinginnya Cuaca di kota itu, ya kota Malang, membuat pemuda ini semakin
penasaran, Aku lah pemuda itu.
Bertahun-tahun belajar di sebuah Kampus ternama, tiap bulan
meminta kiriman dana buat makan, minum dan rokok, dan jika ada waktu lebih
orang tua mengirim sebotol oplosan dari Desa, sembari bertanya “Gimana Rasanya?
Ayah campur dengan Ragi nomer Satu dan di Fregmentasikan lebih dari 1 Bulan, ini Harganya Ayah patok
75ribu/liter” Menjelaskan Ayah padaku.
Yah, sehari-hari Ayah dan ibu bahu-membahu membangun sebuah
pabrik sederhana untuk membuat minuman Tradisional, walau daerahku tidak
dikenal sebagai Daerah penghasil Miras seperti Bali atau Tuban, namun di sini
Cukup Ramai peminatnya. Tak peduli dengan Resikonya, tak peduli dengan Effect
sampingnya. Karena kami makan dan sekolah dari jualan Minuman Tradisional ini,
ya kiriman bulananku, dan uang Semester yang aku bayarkan, semuanya hasil dari
oplosan ini. Namun semenjak aku punya kerja dan lepas dari Orang tua, aku mulai
membangun Usaha kecil-kecilan yang lepas dari minuman Oplosan. Aku membuka
usaha Kuliner di daerah tempat aku kuliah,