Jumat, 28 Maret 2014

Prabowo dan Kampung Janda!!

Awalnya judul dan tulisan ini bersumber dari SatuTimor.com. namun redaksi satutimor.com mendapat kecaman dan ancaman, sehingga tulisan ini di hapus dan tidak dimuat di web satutimor.com lagi. Saya mencoba untuk memberanikan diri menulis tulisan ini, yang saya simpan di laptop saya.


Prabowo dan Kampung Janda!!!

Kraras, sebuah kampung di Timor leste di sebut sebagai kampung Janda. Satu saat di bulan September 1983 hampir semua laki-laki termasuk anak-anak laki di kampung itu di bunuh oleh tentara Indonesia. Beberapa orang melarikan diri ke hutan. Saat di tangkap atau menyerah mereka akan di paksa tinggal di tempat Krasas bernama Lalerek Mutin dimana banyak yang mati kelaparan. Lalu apa hubungannya dengan Prabowo Subianto??



Menurut sebuah sumber Prabowo Subianto punya andil dalam pembunuhan-pembunuhan di bagian timu Timor-Leste termasuk pembunuhan yang membabi buta di Kraras itu. Menurut Mario Carrascalao, kejadian tragis pada 6 Agustus itu "Dikordinasi" Oleh Prabowo!! Mario yang waktu itu menjabat sebagai Gubernur Timor-Timur mengatakan, ia tidak di Timor Leste waktu itu, ia sedang berada di Jambi untuk melihat program Transmigrasi. Namun Mario mengatakan bahwa semua kejadian itu di laporkan oleh orang Timo dan pihak militer kepadanya. Pada saat itu Komandan Kodim di Viqueque adalah Mayor Hidayat dari Kopassandha, yang kemudian mnjadi bupati Viqueque.

Prabowo datang untuk menemui para pejabat lokal. Selama Gencatan senjata yang di sepakati sebelumnya oleh Kolonel Purwanto dan Panglima Failintil Xanana Gusmao, Hidayat dan Sekwilda Viqueque Daniel, memobilisasi para anggota Hansip untuk melakukan kontak dengan para anggota Gerilyawan di hutan. Sementara itu, di kalangan para anggota hansip orang Timo-Leste terjadi juga ketidak puasan akibat reorganisasi pasukan-pasukan Hansip yang mengurangi status dan peran Orang Timor. Ketidak puasan ini meluas di Timor Leste, termasuk di Kraras yang merupakan sebuah pemukiman baru bagi orang-orang yang menyerah atau tertangkap tahun 1978-1979.

Pelecehan Sexual sampai Pemerkosaan

Pembunuhan-pembunuhan di Krasas dimulai asal usulnya dari perilaku seksual para Tentara Indonesia. Menurut Mario Carrascalao dan sejumlah kesaksian pasca kemerdekaan Timor-Leste. ada seorang anggota Hansip yang berhasil melakukan kontak-kontak dan mendapatkan banyak teman di hutan. Hansip ini menikah dengan perempuan cantik. Sang istri melapor kepada suaminya, bahwa ketika ia dihutan untuk melakukan kontak dengan Gerilyawan di hutan, anggota militer Indonesia telah melecehkannya. Anggota Hansip inilah yang kemudian bereaksi dan memukuli anggota militer yang mengganggu istrinya.

Carrascalao mengatakan menurut laporan yang sampai kepadanya, kejadian ini sudah di atur, semua sudah diset-up untuk menciptakan insiden. Sejumlah sumber juga mengatakan bahwa dalam bulan juli 1983 anggota militer malkukan sejumlah pelecehan seksual terhadap perempuan setempat, termasuk terhadap istri anggota Ratih yang disebutkan di atas. Anggota Hansip yang memukuli tentara di bawa ke Viqueque.

Kira-kira setelah seminggu mayor Hidayat, sang Komandan Kodim, berkata "Kamu tak Membawa pakaian. Kamu tidak mengganti Pakaianmu selama seminggu". Sang Hansip berkata, ia ingin ke Krasas untuk mengambil pakaian namun ia tidak tahu apakah ia diperbolehkan pulang sendiri. Hidayat mengatakan ia mempercayai sang anggota Hansip, lalu ia di perbolehkan pulang ke Krasas. Ketika ia tiba di Krasas sang istri melaporkan kepadanya bahwa ia telah di perkosa oleh beberapa tentara. Lalu anggota hansip ini berlari ke hutan untuk melaporkan kepada teman-temannya yang ia kenal selama masa Genjatan senjata!!

pada tanggal 7 september 1983. batalyon 501 memasuki desa Krasa yang sudah kosong dan membakar hampir semua rumah disana. Sekitar 4 atau 5 orang yang masih tinggal di desa termasuk perempuan tua, di bunuh dalam serangan ini. Mayat dari beberapa orang yang di bunuh di bakar bersama-sama rumah mereka.

Sebelum pasukan Indonesia tiba, sebagian besar penduduk Krasas dan kampung-kampung sekitarnya melarikan diri ke hutan-hutan.Sebuah kelompok Ratih yang lain dari desa Buanurak (ossu, Viqueque) yang di pimpin oleh Domingos Raul juga membelot dari pasukan Indonesia untuk bergabung dengan pasukan Falintil.

Dalam minggu-minggu berikutnya setelah serangan Tentara Indonesia ke Kraras, mereka mengadakan Patroli di pegunungan memaksa orang-orang yang melarikan diri di paksa kembali ke desa Kraras dan Buikaren, serta kota Viqueque. Sejumlah orang di Eksekusi dalam operasi-operasi ini, termasuk seorang anak laki-laki umur 15tahun pada atau sekitar tanggal 12 september dan tiga orang lainnya pada tnggl 15 september. Sejumlah besar orang di tahan dan di siksa kebanyakan di Olobai,  dimana satu kompi batalyon 745 bermarkas.

Didesa Caraubalau pembantaianpun terjadi. Sejumlah besar penduduk Kraras yang lari ke Bibileo di tangkap dan di bawa ke Viqueque. Awalnya mereka di tempatkan di sebuah Gedung sekolah di Beloi, namun pada tanggal 16 September 1983 tentara Indonesia dan para anggota memindahkan sekurang-kurangnya 18orang, termasuk perempuan dan anak-anak, ke desa Caraubalau. Mereka di duga diserahkan kepada Tentara dari kesatuan lain, kemudian dibawa kesuatu tempat bernama Welamo dimana mereka di perintahkan berdiri di satu lubang...


 BERSAMBUNG~~~~


0 komentar :

Posting Komentar