“Kensengsaraan
agamis mengekspresikan kesengsaraan riil sekaligus merupakan protes
terhadap kesengsaraan itu. Agama adalah keluhan para makhluk tertindas,
jantung-hati sebuah dunia tanpa hati, jiwa untuk keadaan tak berjiwa.
Agama menjadi candu rakyat.” (Karl Marx)
Pendahuluan
Pemahaman
Marxisme sebgai sebuah Istilah, rasanya tidak asing lagi saat ini, dan
mungkin sebagian dari kita sudah mengenal ide-ide dasar yang digagas
oleh para nabi Marxisme, Karl Marx dan Frederick Engels yang Kemudian diteruskan oleh Stalin dan Lenin sehingga ide ini menyentuh ranah politik dan ekonomi lebih luas
Dari para “jaguar” tersebut, menghasilkan bentuk dan asesoris yang
berubah-ubah pada penampilan Marxisme. Hal ini terjadi karena proses
penyesuaian dengan sosio kultur yang ada pada saat itu. Oleh karenanya,
Marxisme juga dikenal dengan istilah Marxisme Engelianisme, Marxisme
Leninisme, Marxisme Stalinisme namun, dari semua itu tetap menampilkan
satu wajah dasar asli, dengan asesoris yang berbeda.
1) Pertama adalah filsafat Materialisme, asas pokok filsafat ini, berdiri tegak di atas landasan Materialisme dialekika (al Mâdiyyah al Jadaliyah) dan Materialisme historis (al Mâdiyyah al Târikhiyyah). Kedua, politik ekonomi (al Iqtishôd as Siyâsi).
2) Pembahasan yang paling urgen dalam masalah ini yaitu pandangan meterialisme dalam teori nilai laba atau keutungan, beserta segala yang terkait dengan hal itu; baik rentetan yang mempengaruhi kondisi sosial masarakat, bahkan yang menyentuh dimensi agama dan.
2) Pembahasan yang paling urgen dalam masalah ini yaitu pandangan meterialisme dalam teori nilai laba atau keutungan, beserta segala yang terkait dengan hal itu; baik rentetan yang mempengaruhi kondisi sosial masarakat, bahkan yang menyentuh dimensi agama dan.
3) Ketiga; konsep ketatanegaraan dan pendangan revolusi (an Nadhôriyyah ad Daulah wa as Staurah).
Dari ketiga pondasi marxisme diatas, tema pertama (filsafat
materialisme) itulah yang akan menjadi pokok pembahasan pada makalah
ini, dan mungkin amat sedikit berbicara masalah politik, ekonomi, sosial
dan system ketatanegaraan marxis. Semoga di lain kesempatan bisa
meluangkan waktu untuk mengkaji lebih dalam masalah tersebut.
Hampir
semua teori hasil kreasi manusia mempunyai landasan pengaruh historis,
baik dari para pendahulunya ataupun generasi sesudahnya yang, kurang
lebih merupakan implementasi estaveta dari satu bentuk ke bentuk lain
dan, terkadang pengulangan total. Ide-ide pemikiran, filsafat dan bahkan
ilmu sainstis pun merupakan mata rantai yang berkesinambungan dari
waktu ke waktu.
Oleh kerena itu, timbul pertanyaan sebelum mengkaji lebih lanjut
berkaitan dengan tema pokok Marxisme. Apakah penggagas awal teori dasar
materialis itu Karl Marx pada abad 18?. Atau ide-ide ini sudah muncul
pada waktu manusia belum mengenal ilmu empiris, pada masa filsafat
klasic? Lebih jauh dari itu, apa penyebab utama munculnya gerakan
Marxisme? serta pengaruhnya pada stabilitas agama? Bagaimana bentuk
Marxisme yang sesungguhnya dari pelbagai macam model yang dipraktekkan
oleh para aktor di pentas Marxis? Dan apa korelasi kuat dengan
Sekularisme? Dari semua pertanyaan itu, dibutuhkan analisa tajam serta
mendalam untuk menyingkapnya, yang nanti akan digunakan sebagai
instrument pisau analisa kita dalam menilai kebolehan manufer hebat
mereka atau sebaliknya.
Munculnya Marxisme
Ideology
Marxisme muncul dari kreativitas pemikir Karl Marx dan Frederick
Engels, yang sangat setia menjembatani teori materialis Marxis dengan
saintis. Dari perspektif falsafi, pijakan pemikiran marxisme berdiri di
atas materialis ateistik, ketidak percayaan akan adanya tuhan,
kontradiksi dengan yang diyakini oleh agamawan, teori aliran idealisme
obyektif maupun idealisme subyektif dan bahkan bertentangan juga dengan mazdhab mastaniyyah.
Dalam pandangan Marxis, materi adalah tuhan itu sendiri, tiada yang mempunyai kekuatan dalam penciptaan kecuali materi, lâ syaiin mâ warâ’a thobî’ah.
Marxisme adalah Materialisme. Maksudnya, Marxisme dimulai dengan ide
bahwa materi adalah esensi dari semua realitas, dan materilah yang
membentuk akal, bukan sebaliknya. Kesemuanya itu sangat terpengaruh oleh
ideologi Hegel dan juga Feurbach.
Dari adopsi keduanya mengasilkan produk marxisme komunis yang berdiri
di atas teori pokok materialis dialektik yang menyatakan bahwa, materi
lebih dulu ada dari akal supranatural. Hanya materilah yang merupakan
esensi awal pencipta dari segenap wujud, kemudian berevolusi menggunakan
teori hukum dialektika internal menuju kehidupan nabati, berevolusi
lagi menuju kehidupan hewani, kemudian insani dan, pada akhirnya
menciptakan karya terbesar yang mampu membedakan manusia dengan wujud
lain, terciptalah logika. Bermula dari materi dan berhenti pada titik
ahir logika untuk saat ini.
Kembali
ke akar permasalahan bahwa Karl Marx bukan mendatangkan teori filsafat
murni baru, akan tetapi merupakan estaveta mata rantai dari teori Hegel
dan Feurbach.
Bahkan kalau kita membuka lembaran sejarah, akan kita temukan
bahwasannya teori yang menyatakan materi adalah pencipta, telah ada pada
jaman filsafat yunani kuno yang menyatakan bahwa unsur dasar materi
penciptaan adalah air, tanah, api dan udara.
Bukan
hanya dari falsafi pendahulu teori Marxis muncul, lebih dari itu bahkan
dalam sudut pandang materialis, penafsiran akan sejarah peradaban
manusia merupakan danpak dari ekonomi material dan menghasilkan sengketa
konflik dua realita sosial, masarakat borjuis dan proletarian. Pada
umumnya Marxisme muncul mengambil bentuk dari tiga akar pokok, Salah
satu dari akar itu ialah analisis Marx tentang politik Prancis,
khususnya revolusi borjuis di Prancis tahun 1790an, dan
perjuangan-perjuangan kelas berikutnya diawal abad ke-19. Akar lain dari
Marxisme adalah apa yang disebut ‘ekonomi Inggris’, yaitu analisis Marx
tentang sistem kapitalis seperti yang berkembang di Inggris. Akar
ketiga dari Marxisme, yang menurut catatan sejarahnya merupakan titik
permulaan Marxisme, adalah ‘filsafat Jerman’. Dari analisa Marx menyatakan bahwa “Bukan
kesadaran sosial yang menentukan kenyataan sosial, melainkan kenyataan
sosial yang menentukan kesadaran.” Senada dengan yang dikatakan Angels
“Pikiran tidak menciptakan materi, namun materilah yang menciptakan
pikiran.” Makanya untuk mengerti dan mendefinisikan sebuah filfasat,
teori ataupun ideologi, menurut Marxis perlu menganalisis “kenyataan
sosial” yang merupakan dasar filsafat tersebut. Marxisme mewakili pertentangan yang sistematis dan fundamental dengan idealisme
dalam segala bentuknya, dan perkembangan Marxisme mencerminkan suatu
pemahaman materialis tentang apa yang tengah terjadi dalam realitas
(kenyataan). Jelasnya Marxis terlahir sebagai wujud pembelaan pada kaum
buruh yang tertindas kapitaslis.
Pendek
kata, Marxisme adalah teori untuk seluruh kelas buruh secara utuh,
independen dari kepentingan jangka pendek dari berbagai golongan
sektoral, nasional, dll. Atau dengan kata lain Marxisme terlahir dari perlawanan
dan perjuangan kelas buruh melawan sistem kapitalis, dan juga
mewujudkan opsesi kemenangan gerakan sosialis. Maka Marxisme
bertentangan dengan oportunisme politik, yang justru mengorbankan
kepentingan umum seluruh kelas buruh demi tuntutan sektoral dan/atau
jangka pendek. Is oky, itu adalah dasar pijakan muncul gerakan
ini, namun benarkah teori awal tujuan gerakan Marxisme sesuai dengan
realita dan cita Marx sesungguahnya? Bagaimana sejarah mencatan adakah
kesesuaian antara cita ideologi dengan usaha realita? Sialahkan anda
yang menjawab itu semua.
Materi Dalam Tinjauan Marxisme
Membahas
Marxisme tidak luput dari pembahasan materi, karena ideologi Marxisme
itu sendiri berdiri di atas teori Materialisme dialektika dan
Materialisme historis. Kesemuanya itu dapat terangkum dari beberapa poin
penting;
1) Pertama: materi lebih dulu ada dari pada ruh spiritual atau logika. Materi yang menciptakan
pikiran dan segala sesuatu yang dikatakan berasal dari pikiran
(misalnya ide-ide tentang seni, hukum, politik, moralitas, dan
sebagainya bahkan agama), hal-hal ini pada kenyataannya berasal dari
dunia material. ‘Akal’, yaitu pikiran dan proses berpikir, adalah sebuah
produk dari otak; dan otak itu sendiri, yang berarti juga ide-ide,
muncul pada suatu tahap tertentu dari perkembangan materi hidup. Jadi,
akal adalah produk dari dunia material hal ini jelas kontaradiksi dengan aliran idealisme.
2) Kedua: tatasurya bukan merupakan kreasi cipta tuhan. Maka tiada kata tuhan pencipta alam dalam kamus materialis.
3) Ketiga: alam
semesta tidak memerlukan kekuatan keluar dari kebiasaan alam dan
kekuatan yang mengaturnya di luar alam itu sendiri, dengan begitu, alam
materi mengatur dirinya sendiri melalui proses revolusi tanpa henti,
proses ini tertuang dengan hukum-hukum alam saintis empiris. Dan proses
evolusi ini juga terjadi pada tatanan sosial masyarakat.
Lantas adakah perbedaan antara Materialisme Marxisme dengan teori Materialis klasik “hylozois” (dari bahasa Yunani, yang berarti “mereka yang percaya bahwa materi itu hidup)?
Pernyataan penting yang diajukan oleh para Marxisme bahwa, Materialisme
Marxis barbeda jauh dengan bentuk Materialisme klasik. Marx dan Engels
sendiri memberikan catatan kesalahan pada ideologi material klasik. Pertama: teori Materialisme klasik tidak berlandaskan kebenaran ilmu kimia dan biologi. Kedua: teori revolusi klasik tidak manembus dimensi hidup secara total, namun hanya mencakup dalam proses revolusi materi belaka. Ketiga: paham
Materialisme klasik tidak memahami manusia sebagai kumpulan dari hasil
hubungan sosial, akan tetapi memahaminya sebatas pemahaman yang abstrak,
dan tidak obyektif.
Penutup
Pembahsan marxisme sangat lah luas. Makalah ini hanya menyampaian landasan pijakan teori falsafi Marxisme saja, dan itupun
ala kadarnya, tanpa masuk ke pembahasan sosial, ekonomi dan politik
Marxis. Sangat terbatas dan mungkin kurang pas bahasa yang digunakan
dalam penyampaian. Tidak banyak penulis mengkritisi pada makalah ini
sebagai salam sapa untuk Marx dan para nabi (kalau boleh di sebut nabi)
Marxisme lainnya. Silahkan rekan pembaca bebas berekpresi tentang
Marxisme dan bahkan membawanya ke tengah sidang pengadilan. Namun hanya
satu hal yang perlu kita sekalian ketahui, bahwa saat Karl Marx lemas
terbaring sakit keras, muka sudah mulai memucat, tangan dan kali sudah
terasa dingin, lunglai hilang harapan untuk hidup lebih lama lagi… di
ujung nafas sekarat kematiannya, dia berteriak keras menyebut-nyebut
nama tuhan
0 komentar :
Posting Komentar