Mencari Ilmu dan mengejar impian menjadi seorang sarjana di
kota adalah mimpi seorang pemuda Desa. Hidup didalam ramainya kota, gemerlapnya
lampu-lampu kota di jalanan, dan gemuruh bising bunyi kendaraan belum lagi
dinginnya Cuaca di kota itu, ya kota Malang, membuat pemuda ini semakin
penasaran, Aku lah pemuda itu.
Bertahun-tahun belajar di sebuah Kampus ternama, tiap bulan
meminta kiriman dana buat makan, minum dan rokok, dan jika ada waktu lebih
orang tua mengirim sebotol oplosan dari Desa, sembari bertanya “Gimana Rasanya?
Ayah campur dengan Ragi nomer Satu dan di Fregmentasikan lebih dari 1 Bulan, ini Harganya Ayah patok
75ribu/liter” Menjelaskan Ayah padaku.
Yah, sehari-hari Ayah dan ibu bahu-membahu membangun sebuah
pabrik sederhana untuk membuat minuman Tradisional, walau daerahku tidak
dikenal sebagai Daerah penghasil Miras seperti Bali atau Tuban, namun di sini
Cukup Ramai peminatnya. Tak peduli dengan Resikonya, tak peduli dengan Effect
sampingnya. Karena kami makan dan sekolah dari jualan Minuman Tradisional ini,
ya kiriman bulananku, dan uang Semester yang aku bayarkan, semuanya hasil dari
oplosan ini. Namun semenjak aku punya kerja dan lepas dari Orang tua, aku mulai
membangun Usaha kecil-kecilan yang lepas dari minuman Oplosan. Aku membuka
usaha Kuliner di daerah tempat aku kuliah,
Telponku berdiring jam 10 malam, aku angkat Telpon terdengar
Suara “ Cepatlah pulang Lebaran Haji kurang beberapa Hari lagi, Pasti Rame
Pembeli, ayah ga ada yang bantu, apa lagi ayah ada pesanan buat Pesta Tuan-tuan
Takur, mereka berpesta dengan 5 ekor kambing dan 1Drum Oplosan, cepatlah pulang”. Terdengar Suara ayah di Telpon itu
Pagi-pagi sekali aku beranjak pergi, naek angkot menuju
Terminal, di dalam Bus yang masi sepi penumpang, aku membaca buku sembari
berharap Bus segera jalan. Di dalam perjalan aku selalu mengamati warung-warung
di pinggir jalan, sambil bertanya-tanya dalam
Hati “Apa mereka jual oplosan juga ya?”.
Bau keringat orang-orang dari pasar, dan bisingnya suara mereka di dalam
bus, suasana Bus berubah Bising ketika melewati Pasar di pinggir jalan, banyak
pedagang yang ikut Bus. Di tengha-tengah perjalanan aku mengamati para pedagang
dan orang-orang yang dari Pasar. Mera Sepi di tengah-tengah keramaian.
4jam perjalanan udah ku lalui, tak terasa ternyata Bus yang
aku naiki telah sampai di daerah tujuanku pulang. Aku bersiap-siap dan berdiri
di dekat pintu bus, sambil berharap ada yang menjemputku ketika aku turun dari
Bus. Setelah sampai pertigaan aku berteriak “Stop pak!!”. Tak ada orang rumah
yang menjemputku, aku hanya melihat tetangga sebelah rumah, lalu aku bertanya “Tak
melihat orang Tua ku??”, tetanggaku menjawab” Ayah dan ibumu tadi di Razia sama
Polres, katanya kalau kamu mau jenguk mereka, kalo kamu udah ga capek, dan
tunggu Tuan Takur ngambil Pesanannya, barangnya katanya ada di dalam Sumur yang
udah di tutup, nanti kamu gali sumur itu”, bicara padaku si tetangga itu. Aku hanya
menganggukan kepala, lalu aku beranjak melangkah menuju Rumahku.
Tak lama dari lagkah pertamaku, Tetanggaku bertiriak
memanggilku, “Hey, kata Ayahmu harganya Naek, soalnya Ragi nomer satu sulit di
dapatkan, dan keamanan semakin ketat, Harganya Naek 35ribu, oh ya, di bawah
sumur itu ada 6 drum oplosan, 1Drum punya Tuan Takur, sisanya kamu harus jual”teriak
dia. Aku hanya menganggukan kepala dan melanjutkan langkahku menuju Rumah, tak
sabar rasanya badan ini yang udah letih ingin segera berebah di Kasur.
0 komentar :
Posting Komentar